SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

29 12 2008

BAB I

PENDAHULUAN

Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Proses pewarisan dan pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam sebagaimana termaktub dalam Al Qur`an dan terjabar dalam Sunnah Rasul bermula sejak Nabi Muhmmad SAW menyampaikan ajaran tersebut pada umatnya.

Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dibagi dalam lima periodisasi, yaitu periode pembinaan pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW, periode pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW wafat sampai masa akhir Bani Umayyah, periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai jatuhnya Baghdad, periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Barat dan periode pembaharuan pendidikan Islam yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini yangn ditandai dengan gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam.

Dalam makalah ini akan dibahas tentang periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sanpai dengan jatuhnya Baghdad yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu aqliyah dan timbulnya madrasah serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam.

Pembahasan pada periode kejayaan ini merupakan rangkaian pembahasan sejarah pendidikan Islam. Karena pada hakikatnya suatu peristiwa sejarah seperti halnya sejarah pendidikan Islam selalu berkaitan dengan peristiwa lainnya yang saling berhubungan yang mengakibatkan terjadinya rentetan peristiwa serta memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat.

Semoga dengan makalah ini pembaca dapat menambah pengetahuan tentang peristiwa sejarah khususnya sejarah pendidikan Islam pada masa kejayaan.

BAB II

PEMBAHASAN

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN

Masa kejayaan pendidikan Islam merupakan satu periode dimana pendidikan Islam berkembang pesat yang ditandai dengan berkembangnya lembaga pendidikan Islam dan madrasah (sekolah-sekolah) formal serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Lembaga-lembaga pendidikan sangat dominan pengaruhnya dalam membentuk pola kehidupan dan pola budaya umat Islam. berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan pengembangan berbagai macam aspek budaya umat Islam.

Pada masa kejayaan ini, pendidikan Islam merupakan jawaban terhadap tantangan perkembangan dan kemajuan kebudayaan Islam. kebudayaan Islam telah berkembang dengan cepat sehingga mengungguli dan bahkan menjadi puncak budaya umat manusia pada masa itu.

Dalam perkembangan kebudayaan Islam, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor intern atau pembawaan dari ajaran Islam itu sendiri dan faktor ekstern yaitu berupa tantangan dan rangsangan dari luar.1

Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Harun al Rasyid (170-193 H). Karena beliau adalah ahli ilmu pengetahuan dan mempunyai kecerdasan serta didukung negara dalam kondisi aman, tenang dan dalam masa pembangunan sehingga dunia Islam pada saat itu diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.2

Tujuan pendidikan pada masa Abbasiyah yaitu3;

  1. Tujuan Keagamaan dan Ahlak

Anak didik diajarkan membaca dan menghafal al Qur`an karena hal itu merupakan suatu kewajiban dalam agama agar mereka mengikuti ajaran agama dan berahlak menurut agama.

  1. Tujuan Kemasyarakatan

Pemuda-pemuda yang belajar dan menuntut ilmu agar mereka dapat mengubah dan memperbaiki masyarakat menjadi masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan.

  1. Cinta akan Ilmu Pengetahuan

Belajar demi memperdalam ilmu pengetahuan.

  1. Tujuan Kebendaan

Menuntut ilmu supaya mendapat penghidupan yang layak, pangkat yang tinggi, bahkan kekuasaan dan kemegahan di dunia ini.

A. Kurikulum

Menurut Ahmad Tafsir, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa. Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah al Qur`an, agama, membaca, menulis, dan syair. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya pengajaran khittabah, ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, ilmu-ilmu pokok seperti al Qur`an, syair dan fiqh.

Di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid, kurikulumnya adalah ilmu agama dengan al Qur`an sebagai intinya. Selain itu hadits dan tafsir. Hadits merupakan materi penting di masjid-masjid, karena kedudukannya sebagai sumber agama Islam yang kedua, setelah al Qur`an. Sedangkan tafsir adalah ilmu yang membahas kandungan al -Qur`an dengan penafsirannya.

Pelajaran fiqh, merupakan materi kurikulum yang paling populer karena bagi mereka yang ingin mencapai jabatan-jabatan dalam pengadilan harus mendalami bidang studi tersebut. Banyaknya muslim yang tertarik pada ilmu fiqh karena besarnya penghasilan yang diperoleh ahli-ahli fiqh dalam memecahkan masalah fiqhiyah seperti masalah warisan menyebabkan berkembangnya kebiasaan buruk sebagaimana yang dikritik oleh al Ghazali yaitu munculnya ahli fiqh yang memberikan fatwa-fatwa demi mengharap imbalan harta.

Seni berdakwah (retorika) juga membentuk bagian penting dalam pengajaran ilmu-ilmu agama, karena kemampuan menyampaikan dakwah dengan meyakinkan dan pelajaran yang ilmiah serta memainkan peranan penting dalam kehidupan keagamaan dan pendidikan Islam di kalangan masyarakat muslim. Mata pelajaran retorika teridiri dari tiga cabang yaitu al Ma`ani yang membahas perbedaan kalimat dan bagaimana melafalkannya dengan jelas, al Bayan, yang mengajarkan seni mengekspresikan ide-ide dengan fasih dan tidak mengandung arti ganda, dal al Badi yang membahas kata-kata indah dan hiasan kata dalam pidato4.

B. Metode Pengajaran

Metode pemngajaran merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses belajar mengajar untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada anak didiknya. Melalui metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilihan ilmu oleh murid, sehingga murid dapat menyerap apa yang disampaikan gurunya.

Metode pengajaran yang dipakai pada masa dinasti Abbasiyah dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu5 :

  1. Metode lisan

Metode ini dapat berupa dikte, ceramah, qira`ah, dan dapat berupa diskusi. Dikte (imla) adalah metode untuk menyampaikan pengetahuan yang dianggap baik dan aman sehingga pelajar mempunyai catatan yang dapat membantunya terutama bagi yang daya ingatnya tidak kuat. Metode ceramah (al asma`), yaitu guru membacakan bukunya atau menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya. Pada saat tertentu guru memberi kesempatan kepada murid untuk menulis dan bertanya. Metode qira`ah (membaca) biasanya digunakan untuk membaca. Sedangkan diskusi merupakan metode pengajaran dalam pendidikan Islam dengan cara perdebatan.

  1. Metode hafalan

Metide ini dilakukan oleh murid dengan cara membaca berulang-ulang sehingga pelajaran melekat di benak mereka. Dalam proses selanjutnya, murid mengeluarkan kembali pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam suatu diskusi dia dapat merespon, mematahkan lawan, atau memunculkan ide baru.

  1. Metode tulisan

Metode ini merupkan metode pengkopian karya-karya ulama. Metod ini di samping bermanfaat bagi proses penguasaan pengetahuan juga sangat besar artinya bagi penggandaan jumlah buku karena pada masa itu belum ada mesin cetak.

C. Kehidupan Murid

Ciri utama kehidupan murid dalam pendidikan tingkat dasar adalah :

  1. Diharuskannya belajar membaca dan menulis.

  2. Bahan pengajarannya menggunakan syair-syair dan bukan al Qur`an karena dikhawatirkan mereka membuat kesalahan yang akan menodai al Qur`an.

  3. Murid-murid diajarkan membaca dan menghafalkan al Qur`an.

  4. Pada sekolah dasar tidak ditentukan lamanya belajar dan tergantung pada kemampuan anak-anak.

  5. Hubungan guru dan murid sebagai hubungan orang tua dan anak.

Pada pendidikan tingkat tinggi murid-murid bebas memilih guru yang mereka sukai yang dianggapnya paling baik.

Di antara ciri khas pendidikan di masa dinasti Abbasiyah adalah teacher oriented , yaitu kualitas suatu oendidikan tergantung pada guru. Pelajar bebas mengikuti suatu pelajaran yang dikehendaki dan bisa belajar dimana saja, misdalnya di perpustakaan, toko buku, rumah ulama atau tempat terbuka. Pelajar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pelajar tidak tetap, yang terdiri dari para pekerja yang mengikuti pelajaran untuk menunjang profesi dan pelajar tetap, yaitu pelajar yan g mempunyai tujuan utama untuk belajar dan menghabiskan sebagian hidupnya untuk belajar.

Setiap pelajar membuat daftar guru-guru yang mengajar yang disebut Mu`jam al Masyakhah. Daftar tersebut digunakan sebagi bukti bahwa mereka telah belajar kepada guru-guru yang terkenal dan dapat mengetahui kualitas hadits yang mereka terima dari seorang guru.

D. Rihlah Ilmiyah

Yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu. Dengan adanya sistem ini pendidikan di masa dinasti Abbasiyah tidak hanya di batasi dengan dinding kelas (school without wall) tetapi memberikan kebebasan kepadamurid untuk belajar kepada guru-guru yang mereka kehendaki. Guru-guru juga melakukan perjalanan dan pindah dari satru tempat ke tempat lain untuk mengajar sekaligus belajar, sehingga sistem rihlah ilmiyah disebut dengan learning society (masyarakat belajar).

Kebebasan perjalanan di berbagai daerah Islam menyebabkan pertukaran pemikiran (culture contact) terus berlangsung antar masyarakat Islam sehingga dinamika sosial dan peradaban Islam terus berlangsung. Syalabi, mengutip dari Nicholson menjelaskan bahwa melakukan perjalanan ilmiah laksana lebah mencari bunga ke tempat yang jauh kemudian mereka kembali ke kota kelahirannya dengan membawa madu yang manis.

E. Wakaf

Lembaga wakaf menjadi sumber keuangan bagi lembaga pendidikan Islam. adanya sistem wakaf dalam Islam disebabkan oleh sistem ekonomi Islam yang menganggap bahwa ekonomi berhubungan erat dengan akidah dan syari`ah Islam sehingga aktifitas ekonomi memppunyai tujuan ibadah dan kemaslahatan bersama. Oleh karena itu di saat ekonomi Islam mencapai kemajuan, umat Islam tidak segan-segan membelanjakan uangnya untuk kepentingan dan kesejahteraan umat Islam seperti halnya untuk pelaksanaan pendidikan Islam. Dengan dipelopori penguasa Islam yang cinta ilmu seperti Harun al Rasyid dan al Ma`mun maka berdirilah lembaga-lembaga pendidikan untuk keilmuan.

Menurut Syalabi, bahwa khalifah al Ma`mun adalah orang yang pertama kali memberikan pendapatnya tentang pembentukan badan wakaf.

F. Berkembangnya Lembaga Pendidikan Islam

  1. Lembaga Pendidikan Islam Nonformal

a. Kutab sebagai Lembaga Pendidikan Dasar

Kutab atau maktab, berasal dari kata dasra kattaba yang berarti menulis atau tempat menulis. Pada mulanya dilaksanakan di rumah guru-guru yang bersangkutan, yang diajarkan adalah menulis dan membaca. Kemudian pada akhir abad pertama hijriyah, kutab tidak hanya mengajarkan menulis dan membaca, tetapi juga mengajarkan membaca al Qur`an dan pokok-pokok ajaran Islam.

b. Pendidikan Rendah di Istana

Pendidikan anak di istana berbeda dengan pendidikan di kutab pada umumnya. Di istana orng tua murid membuat rencana pelajaran yang selaras dengan anaknya. Guru yang mengajar disebut Mu`addib, karena berfungsi mendidik budi pekerti dan mewariskan kecerdasan serta pengetahuan.

c. Toko-Toko Kitab

Toko-toko kitab bukan hanya sebagai tempat berjual beli saja, tetapi juga sebagi tempat berkumpulnya para ulama, pujangga, dan ahli-ahli ilmu pengetahuan untuk berdiskusi, berdebat, bertukar pikiran dalam berbagai masalah ilmiah atau sekaligus sebagai lembaga pendidikan dalam rangka pengembangan berbagai macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.

d. Rumah-Rumah Para Ulama (Ahli Ilmu Pengetahuan)

Pada masa kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, rumah-rumah para ulama dan ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Di antaranya, rumah Ibnu Sina, al Ghazali, Ali Ibnu Muhammad al Fashihi, Ya`qub Ibnu Killis, Wazir Khalifah, dan al Aziz Billah al Fathimy.

e. Majelis Kesusasteraan

Yaitu majelis khusus yang diadakan oleh khalifah untuk membahas berbagai macam ilmu pengetahuan.

f. Badiah (Padang Pasir, Dusun Tempat Tinggal Badwi)

Badiah digunakan sebagai tempat untuk mempelajari bahasa Arab yang fasih dan murni serta mempelajari syair-syair dan sastra Arab. Ulama-ulama yang banyak pergi ke Badiah untuk tujuan tersebut di antaranya;6

  1. al Khalil bin Ahmad (160 H). ia pergi ke badiah Hijaz, Najd, dan Tihamah.

  2. Bajar bin Burd (167 H). Ia belajar kepada 80 orang syekh di Bani Aqil.

  3. al Kasai (182 H). Ia belajar di badiah dan menghabiskan 15 botol tinta untuk menulis tentang Arab.

  4. Imam Syafi`i (204 H). Ia belajar di Hudzail selama 17 tahun.

g. Rumah Sakit (Bimaristan)

Pada masa dinasti Abbasiyah yang mendirikan rumah sakit adalah Harun al Rasyid, yang memerintahkan kepada dokter Jibrail bin Buhtaisu untuk mendirikan rumah sakit di Baghdad. Di sebelah rumah sakit ada perpustakaan dan bilik untuk mengajarkan ilmu kedokteran dan ilmu obat-obatan.

h. Perpustakaan

Perpustakaan menjadi aspek budaya yang penting dan sebagai tempat belajar serta sumber pengembangan ilmu pengetahuan. Perpustakaan ada 3 macam, yaitu;

  1. Perpustakaan baitul hikmah di Baghdad, didirikan oleh khalifah Harun al Rasyid. Perpustakaan ini berisi ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa Arab dan ilmu umum yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia, India, Qibty, dan Arami.

  2. Perpustakaan al Haidariyah di Najaf (Irak) di sebelah makam Ali bin Abi Thalib.

  3. Perpustakaan Ibnu Suwar di Basrah, didirikan oleh Abu Ali bin Suwar. Dalam perpustakaan ini diadakan khalakah pelajaran.

  4. Perpustakaan Sabur didirikan pada tahun 383 H oleh Abu Nasr sabur bin Ardasyir. Dalam perpustakaan ini kurang lebih ada 10.400 jilid buku.

  5. Darul Hikmah di Kairo (Mesir), didrikan oleh al Hakim Biamrillah al Fathimy tahun 395 H.

  6. Perpustakaan khusus, yaitu perpustakaan al Fath bin Khagan Wazir al Mutawakkil al Abbasy (247 H), Perpustakaan Hunain bin Ishaq (264 H), dan Perpustakaan Ibnu al Khassyah (567 H).

  7. Perpustakaan di Andalusia, perpustakaan yang besar adalah perpustakaan di Kurtubah (Cordova). Didirikan oleh al Hakam bin an Nashir yang menjadi khalifah di Andalusia tahun 350 H.

i. Ribath (Khaniqah), ialah kamp, tempat tentara yang dibangun di perbatasan negeri intuk mempertahankan negara dari serangan musuh. Ribath yang terbesar adalah di sebelah utara negeri Syam (Syiria) dan utara Afriqiah (Tunisia). Ribath digunakan sebagai tempat tinggal orang-orang sufi dan tempat penginapan alim ulama dan pelajar yang datang dari luar negeri untuk belajar hadits, ilmu agama, dan bahasa Arab.

  1. Lembaga Pendidikan Formal

a. Madrasah Nizamiah didrikan oleh Nizam al Mulk, perdana menteri Saljuk pada tahun 1065 M – 1067 M. Pada tiap-tiap kota Nizam al Mulk mendirikan satu madrasah besar, di antaranya di Baghdad, Balkh, Naisabur, Harat, Asfahan, Basran, Marw, dan Mausul. Tetapi madrasah Nizamiah Baghdad adalah madrasah yang terbesar dan terpenting. Tujuan Nizam al Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu adalad untuk menperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan madzhab keagamaan pemerintahan.

Madrasah Nizamiah Baghdad

Madrasah ini didirikan di dekat pinggir sungai Dijlah, di tengah-tengah pasar Selasah di Baghdad pada tahun 457 H. Guru-guru madrasah ini diantaranya Abu Ishaq as Syiraji (guru tetap), Abu Nasr as Sabagh, Abul Qasim al `Alawi, Abu Abdullah al –Thabari, Abu Hamid al Ghazali, Radliyudin al Kazwaeni dan al Fairuz Abadi.

Rencana pengajaran adalah ilmu syari`ah dan ilmu fiqh dalam 4 madzhab.

b. Madrasah Nuruddin Zinki, didirikan oleh Nuruddin Zinki di Damaskus. Madrasah-madrasah yang didirikannya yaitu madrasah an Nuriyah al Qubra di Damaskus (563 H). Gedung madrasah terdiri dari iwan (aula tempat kuliah), masjid, tempat istirahat untuk guru, asrama, tempat tinggal pesuruh madrasah, kamar kecil, dan lapangan. Madrasah lainnya yaitu madrasah yang didirikan pada masa al Ayubi dan madrasah al Mustansiriah di Baghdad (Irak) tahun 631 H. Madrasah al Mustansiriah didirikan oleh khalifah Abasyi al Mustansir Billah pada tahun 631 H. Ilmu-ilmu yang diajarkan yaitu ilmu al Qur`an, syari`ah, bahasa Arab, kedokteran, dan ilmu pasti.

c. Perguruan Tinggi;

  1. Baitul Hikmah di Baghdad, didirikan pada amasa Harun al Rasyid (170-193 H), kemudian diperbesar oleh khalifah al Ma`mun (198-218 H). Pada Baitul Hikmah bukan saja diajarkan ilmu-ilmu agama Islam, tetapi juga ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu alam, kimia, falaq, dan lain-lain. Guru besar Baitul Hikmah adalah Salam, yang menguraikan teori-teori ilmu pasti dalam al Maj`sthi (almageste) kitab karangan Bathlimus (Ptolemee). Kemudian guru besar al Khawarazmi, ahli ilmu pasti, ahli falaq, dan pencipta ilmu al jabar, guru besar Muhammad bin Musa bin Syakir, seorang ahli ilmu ukur, ilmu bintang dan falaq. Di baitul Hikmah dikumpulkan buku-buku ilmu pengetahuan dalam bermacam-macam bahasa seperti bahasa Arab, Yunani, Suryani, Persia, India, dan Qibtia. Kemudian al Ma`mun mendirikan peneropong bintang yang disebut peneropong al Ma`muni. Setelah wafat al Ma`mun, maka Baitul Hikmah tidak mendapat perhatian penuh dari khalifah-khalifah.7

  2. Darul `Ilmi di Kairo. Didirikan oleh al Hakim Biamrillah al Fathimi di pinggir sungai Nil untuk menyaingi Baitul Hikmah di Baghdad. Menurut keterangan al Makrizi, bahwa Darul `Ilmi didirikan di kampung al Kharun Fusy dengan perintah al Hakim Biamrillah al Fathimi. Ilmu yang diajarkan di antaranya; ilmu agama, falaq, kedokteran, dan berhitung.

G. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan

  1. Ilmu Tafsir

Ulama-ulama tafsir tidak hanya menerangkan makna-makna al Qur`an saja, tetapi juga menerangkan sebab-sebab turunnya ayat, bukti-bukti dari segi bahasa, nahwu, balaghah, yang dikandungnya dan dengan akidah dan hukum-hukum fiqh yang bisa dihasilkan dari ayat-ayat tersebut. Seperti tafsir Imam Salam al Basri (w.200 H), tafsir Mufradat al Qur`an (bahasa al Qur`an) karangan al Roghib al as Fahani, tafsir Abu Ishaq al Zajjaj, tafsir al Bahr al Muhit (masalah nahwu) karangan Abu Hayyan, tafsir al Kasysyaf (segi balaghah) oleh al Zamakhsyari, tafsir al Qurtubi (penentuan hukum-hukum fiqh), dan tafsir al Fahr al Razi yang bernama Mafatih al Ghayb yang menitik beratkan pada aspek intelektual.

  1. Ilmu Qira`at

Lahirnya madzhab qira`at di Andalusia seperti Abu `Umar al Dani, Abu Muhammad al Syatibi, dan Abu Abdullah al Sarbini al Kharraz.

  1. Ilmu Hadits

Diantara ulama-ulama yang menganjurkan penghimpunan hadits-hadits shahih adalah Imam Malik bin Anas (95-179 H) yang menulis kitab al Muwatha`, kemudian diikuti oleh Imam Muhammad bin Ismail al Buhori (259 H) dan muridnya Muslim bin Al Hajaj al Nisaburi (w.261 H). Kemudian muncul kitab-kitab hadits shahih yang dikarang oleh ulama-ulama terkenal seperti Abu Dawud Sulaiman bin al Asy`ath al Sajistani (w.275 H), Imam Abu `Isa Tirmidzi (w.273 H), dan Imam al Nasai (w.303 H).8

  1. Ilmu Fiqh

Di antara yang terkenal dalam bidang ini adalah Abu Hanifah al Nu`man bin Tabith pendiri madzhab Hanafi (80 – 150 H), Malik bin Anas al Asbahi (95 – 179 H), Abu Abdullah Muhammad bin Idris al Syafi`i (150-204 H), dan Imam Ahmad bin Hanbal al Syaibani (164-241 H).

  1. Ilmu Ushul Fiqh

Diantara yang terkenal dalam bidang ini adalah Imam Muhammad bin Idris al -Syafi`i, Abu Bakar al Syasyi al Qaffal al Syafi`i, al Walid al Baji al Andalusi, al -Syatibi dengan kitabnya al Muwafaqot fi Ushul al Ahkam, al Ghazali dengan kitab al-Mustasfa. Juga terkenal al Baqillani, Ibnu al Hajib, dan Abu Ishaq Ibrahim al –Nisaburi.

  1. Ilmu Kalam

Di antara yang terkenal di kalangan madzhab Asy`ari adalah Abu Bakar al Bakillani, Imam al Haramain, Abdul Kohir al Baghdadi, al Ghazali, al Syahrastani, Abu al -Ma`ali, al Juwaini, dan lain-lain.

  1. Ilmu Tasawuf

Mula-mula tasawuf Islam berdasar pada al Qur`an dan Sunnah seperti yang diamalkan para sahabat, tabi`in, dan ulama-ulama fiqh, seperti Malik bin Anas dan Ahmad bin Hanbal. Kemudian muncul tasawuf sunni yang berkembang ditangan al Harits al Muhasibi dan Abu al Qasim al Junaid dan pada puncaknya ditangan al Ghazali yang tersebar melalui tariqat syaziliah.

  1. Ilmu Tulen

    1. Ilmu Matematika, di antarnya yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al Khawarizmi (w.236 H) yang menulis al jabar dalam bukunya al Jibr wal Muqabalah, al Qaslawi yang menggunakan symbol dalam matematik, al Tusi yang menunjukkan kekurangan teori eclideus.

    2. Ilmu Falaq, di antara yang terkenal adalah Muhammad al Fazzari (w.158 H), sebagai ahli falaq Islam yang pertama dan penerjemah buku al Sind Hind. Kemudian Abu Ishaq bin Habib bin Sulaiman (w.160 H) yang menulis buku falaq dan mencipta alat-alat teropong bintang, Musa bin Syakir yang menulis buku ilmu falaq berjudul Kitab al Ikhwah al Thalathah, Abu Ma`asyar bin Muhammad bin `Umar al Balkhi, dengan bukunya al Madkhal ila ahkam al Nujum, dan Ibnu Jabir al Battani (w.318 H), salah seorang pelopor trigonometri.

    3. Ilmu Musik, seperti al Kindi al Farabi, dan Ibnu Sina

  2. Ilmu Kealaman dan Eksperimental

    1. Ilmu Kimia, yang pertama kali menerjemahkan ilmu kimia ke dalam bahasa Arab ialah Amir Umaiyah Khalid bin Yazid bin Muawiyah (w.85 H). Kemudian diikuti oleh al Kindi, al Razi, Ibnu Sina, Abu Mansur Muwaffaq, Muhammad bin Abdul Malik, dan Mansur al Kamili.

    2. Ilmu Fisika, salah seorang yang paling berpengaruh dalam bidang ini adalah al Hasan bin al Haitham (w.430 H), salah satu bukunya adalah al Manazir.

    3. Ilmu Biologi, di antara yang terkenal ialah Abu Bakar Muhammad al Razi (w.315 H), seorang dokter yang menulis tentang tumbuhan bunga dan buah-buahan. Diikuti oleh Ibnu Sina (w.423 H) seorang filosof dan dokter yang menulis tentang tubuh-tumbuhan dalam bukunya al Qanun.

  3. Ilmu Terapan dan Praktis9

  1. Ilmu Kedokteran, di antara ilmuwan-ilmuwan muslim yang terkenal adalah Abu Bakar al Razi (w.351 H), bukunya yang termashur adalah al Hawi sebagai ensiklopedia kedokteran. Kemudian Ibnu Sina yang mengarang buku al Qanun yang juga dianggap ensiklopedia kedokteran dan farmasi, Ali al Abas (w.348 H) dengan bukunya Kamil al Sina`ah fi al Tib. Juga terkenal dokter mata dan pengarang buku al Tazkir yaitu Ibnu al Jazzar (w.1009 H). Abu al Qasim al Zahrawi, seorang tukang bedah di Andalusia yang menulis buku al Tasrif liman `Aziz `an al Ta`alif, Abu Marwan Abdullah bin Zuher al Isyabili al Andalusi seorang ahli kedokteran klinik terbesar, `Ala al Din `Ali bin Abi Hazm al Qurasyi al Dimasqi (Ibnu al Nafis) seorang ahli anatomi, Ibnu al Khatimah yang menulis tentang penyakit campak dan lain-lain.

  2. Ilmu Farmasi, ahli-ahli yang menulis khusus mengenai farmasi yaitu al Razi, Abd Rahman bin Syahid al Andalusi, Masawaih al Mardini, Ibn Wafid al Tulaitali al Andalusi, Ibnu al Baitar, Abu Abdullah bin Sa`id al Tamimi, dan Ahmad bin Khalil al Qafiqi.

  3. Ilmu Pertanian, di antara yang terkenal adalah Ibn al Rumiyah al Isyabili dan muridnya Ibn al Baitar, Zakariya bin Muhammad bin al `Awwam al Isyabili yang menulis kitab al Falahah.

Para sarjana muslim telah mengembangkan metodologi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan melalui metode observasi dan metode histories (sejarah) sebagaimana yang dikembangkan Ibnu Khaldun. Dalam bidang kebudayaan pada umumnya Islam telah mempersembahkan kepada dunia, suatu tingkat budaya tinggi yang menjadi mercusuar budaya umat manusia beberapa abad sesudahnya. Dalam bidang arsitektur sangat menonjol bangunan-bangunan masjid dan istana-istana yang indah.

Demikianlah dunia Islam di masa jayanya, yang dihiasi dengan berbagai unsur budaya dan ilmu pengetahuan yang beraneka ragam, dapat diibaratkan sebagai taman yang indah penuh dengan berbagai macam tanaman dengan bunga dan buah yang beraneka warna. Keadaan demikian berlangsung, sampai suatu saat terjadi kemunduran kaum muslimin setelah jatuhnya kota Baghdad yang diserang oleh Tar-Tar (Hulako) tahun 658 H.Hulako memerintahkan supaya khalifah Abbasiyah, ulama-ulama, dan pembesar-pembesar di bunuh. Oleh tentara Hulako diadakan pembunuhan besar-besaran selama 40 hari lamanya. Keluarga khalifah, ulama, dan pembesar-pembesar habis terbunuh, yang tertinggal hanya anak-anak bayi yang dijadikan tawanan dan budak dan orang-orang yang dapat melarikan diri. Kitab-kitab dan buku-buku dalam perpustakaan dibakar habis dan kulitnya dijadikan sepatu tentara. Dengan demikian, berakhirlah sejarah khalifah di kota Baghdad, sehingga kota itu menjadi sunyi senyap, tidak ubahnya seperti negeri yang dikalahkan garuda dan merupakan masa semakin memudarnya mercusuar kebudayaan Islam.

BAB III

SIMPULAN

Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Harun al Rasyid. Pendidikan pada masa ini memiliki tujuan keagamaan dan ahlak, tujuan kemasyarakatan, cinta ilmu pengetahuan dan tujuan kebendaan.

Kehidupan murid pada pendidikan tingkat dasar memiliki ciri-ciri yaitu diharuskannya belajar membaca dan menulis, diajarkan membaca dan menghafalkan al Qur`an, serta hubungan yang baik antara guru dan murid layaknya orang tua dan anak. Pada pendidikan tingkat tinggi kehidupan murid berbeda karena mereka diberi kebebasan untuk memilih guru yang mereka kehendaki dan diberi kebebasan untuk berpindah dari guru yang satu ke guru yang lain apabila guru itu dianggap lebih baik.

Pada masa itu berkembang sistem rikhlah ilmiah, yaitu pengembaraan dan perjalanan jauh yang dilakukan oleh guru dan pelajar sehingga dinamika sosial dan peradaban Islam terus berkembang. Juga dikenal lembaga wakaf yang bertujuan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat Islam terutama dalam bidang pendidikan.

Pada masa kejayaan ini ditandai dengan berkembangnya berbagai lembaga pendidikan, baik formal yaitu berupa madrasah (sekolah) dan nonformal yang berupa kutab, pendidikan di istana, toko-toko buku, rumah-rumah ulama, majelis kesusasteraan, badiah, rumah sakit, perpustakan, dan ribath. Selain itu juga berkembang ilmu pengetahuan sebagai mercusuar bagi pendidikan Islam di masa yang akan datang.

Masa kejayaan pendidikan Islam berakhir setelah jatuhnya kota Baghdad oleh Tar-Tar (Holako) dan sebagai masa memudarnya kebudayaan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Hanun, M.Ag, Sejarah pendidikan Islam, Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu. 1999

Langgulung, Hasan, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21, Jakarta : Pustaka al- Husna, 1998.

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1992.

Zuhairini, Dra, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Proyek Pembinaan Prasarana dan sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta. 1996.

1 Hanun Asrohah, M.Ag, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu. 1999), h.77

2 Dra. Zuhairini, dkk, Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta,1986, h. 95

3 Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Hida Karya Agung, 1992), h. 46-47

4 Hanun Asrohah, M.Ag,, Op.cit, h.76

5 Ibid, h. 77-79

6 Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Op.cit, h. 90

7 Ibid, h. 65

8 Prof. Dr. Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21, (Jakarta : Pustaka al Husna, 1988), h. 22

9 Ibid, h. 39-41





TUJUAN PENDIDIKAN

29 12 2008

TUJUAN PENDIDIKAN

Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum, seperti menjadi manusia yang baik, bertanggung jawaab, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara, dan sebagainya.

Dalam dunia pendidikan dikenal sejumlah usaha untuk menguraikan tujuan yang sangat umum tersebut. Salah seorang diantaranya adalah Herbert Spencer (1860) yang menganalisis tujuan pendidikan dalam lima bagian, yang berkenaan dengan:

  1. Kegiatan demi kelangsungan hidup.

  2. Usaha mencari nafkah.

  3. Pendidikan anak.

  4. Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara.

  5. Penggunaan waktu senggang.

Tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer tersebut didasarkan atas apa yang dianggapnya paling berharga dan perlu untuk setiap orang bagi kehidupannya dalam masyarakat.1

Bloom cs mebedakan tiga kategori tujuan pendidikan, yaitu2;

  1. Kognitif (head)

Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental.

  1. Afektif (heart)

Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, dan nilai-nilai atau perkembangan emosional dan moral.

  1. Psikomotor (hand)

Tujuan psikomotor menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur motoris.

Tujuan kognitif dibagi dalam 6 bagian, yairu;

  1. Knowledge (Pengetahuan)

Meliputi informasi dan fakta yang dapat dikuasai melalui hafalan untuk diingat.

  1. Comprehension (Pemahaman)

Merupakan kesanggupan untuk menyatakan suatu definisi, rumusan, menafsirkan suatu teori.

  1. Application (Penerapan)

Merupakan kesanggupan menerapkan atau menggunakan suatu pengertian, konsep, prinsip, teori yang memerlukan penguasaan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam.

  1. Analysis (Analisis)

Yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu dalam unsur-unsurnya misalnya analisis hubungan antara masyarakat dengan alam dan jagad raya.

  1. Synthesis (Sintesis)

Yaitu kesanggupan untuk melihat hubungan antara sejumlah unsur.

  1. Evaluation (Penilaian)

Penilaian berdasarkan bukti-bukti atau kriteria tertentu.

Tujuan afektif dibagi dalam 5 bagian, yaitu;

  1. Receiving

Menerima, menaruh perhatian terhadap nilai tertentu.

  1. Responding (Merespon)

Yaitu memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu, menunjukan kesediaan dan kerelaan untuk merespon, merasa puas dalam merespon.

  1. Valuing (Menghargai)

Yaitu menerima suatu norma, menghargai suatu norma, dan mengikat diri pada norma tersebut.

  1. Organization (Organisasi)

Membentuk suatu konsep tentang suatu nilai, menyusun suatu sistem nilai-nilai.

  1. Characterization by Value or Value Complex

Mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan watak seseorang, norma itu menjadi bagian diri pribadi.

Tingkatan Tujuan

Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu;

  1. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)

TPN adalah tujuan yang bersuifat paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman leh setiap usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk prilaku yang ideal sesuai dengan pandagan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang. TPN merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelengggaraan pendidikan.

Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila dirumuskan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bengsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”3.

  1. Tujuan Institusional

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, seperti standar kompetensi pendidikan dasar, menengah kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi.

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bab V pasal 26 dijelaskan standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut4

Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berahlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan.

  1. Tujuan Kurikuler

Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.

Pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 dinyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan , dan khusus pada jenjang pendidikan dan menengah terdiri atas;5

  1. Kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia

  2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

  3. Kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan teknologi.

  4. Kelompok mata pelajaran estetika.

  5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut, maka Badan Standar Nasional Pendidikan merumuskan tujuan setiap kelompok mata pelajaran sebagai berikut

  1. Kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia bertujuan; membantu peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berahlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga dan kesehatan.

  2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian bertujuan; membentuk peserta didik menjadi manusia menjadi memiliki rasa kebanggaan dan cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, ahlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani.

  3. Kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik.

  4. Pada Satuan Pendidikan SD/MI/SD-LB/Paket A, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pemngetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan.

  5. Pada Satuan Pendidikan SMP/MTs/SMP-LB/Paket B, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan dan/teknologi informasi dan komunikasi serta muatan lokal yang relevan.

  6. Pada Satuan Pendidikan SMA/MA/SMA-LB/Paket C, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.

  7. Pada Satuan Pendidikan SMK/MAK, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.

  8. Kelompok mata pelajaran estetika bertujuan membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.

  9. Kelompok mata pelajaran Jasmani, olah raga dan kesehatan bertujuan membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, danmenumbuhkan rasa sportifitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani, olah raga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.

  1. Tujuan Pembelajarn/Instruksional

Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional merupakan tujuan yang paling khusus dan merupakan bagian dari tujuan kurikuler. Tujuan pembelajran dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran di suatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran ini adalah tugas guru. Sebelum guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik setelah mereka selesai mengikuti pelajaran.

= = = = =000000000= = = = =

1 Nasution. Teknologi Pendidikan,( Jakarta : PT Bumi Aksara,1999), h.17

2 Ibid.h. 24-25

3 Baca Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

4 Sanjaya,Wina, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2006), hl. 64

5 Ibid, h. 65





JAM`UL QUR`AN

29 12 2008

A. JAM`UL QUR`AN

1. Penggagas Pertama Pengumpulan Al Qur`an

a. Pengumpulan al Qur`an pada Masa Nabi

Ali bin Abi Thalib sebagai pengumpul pertama al Qur`an pada masa Nabi berdasarkan perintah Nabi sendiri. Di kalangan Syi`ah menegaskan Ali bin Abi Thalib sebagai orang pertama yang mengumpulkan al Qur`an setelah wafatnya Nabi. Sumber-sumber Sunni juga mengungkapkan bahwa Ali memiliki kumpulan al Qur`an. Di kalangan ortodok Islam, pengumpula al Qur`an dapat dilakukan secara resmi pada masa pemerintahan Abu Bakar al- Shiddiq. Al Khatthabi berkata, “ Rasulullah tidak mengumpulkan al Qur`an dalam satu mushaf karena senantiasa menunggu ayat yang menghapus terhadap sebagian hukum-hukum atau bacaannya. Sesudah berakhir masa turunnya dengan wafatnya Rasulullah maka Allah mengilhamkan penulisan mushaf secara lengkap kepada para Khulafaur Rasyidin sesuai dengan janji-Nya yang benar kepada umat ini tentang jaminan pemeliharaannya “.

Dengan demikian, jam`ul Qur`an ( pengumpulan al Qur`an ) pada masa Nabi dinamakan Hifzhan ( hafalan ) dan Kitabatan ( pembukuan ) yang pertama.

b. Pengumpulan al Qur`an pada Masa Abu Bakar

Penggagas pertama pengumpulan al Qur`an pada masa itu adalah Umar bin Khattab yang memberikan usul kepada Abu Bakar al Shiddiq. Abu Bakar yang menjabat sebagai khalifah yang pertama setelah Rasulullah wafat. Ia dihadapkan pada peristiwa-peristiwa besar yang berkenaan dengan murtadnya sejumlah orang Arab.

Perang Yamamah yang terjadi pada tahun 12 H, telah mengakibatkan 70 qari` dari para sahabat gugur. Umar bin Khattab merasa sangat khawatir jika nantinya al Qur`an akan musnah karena banyaknya qari` yang gugur. Umar bin Khattab mengajukan usul kepada Abu Bakar agar menumpulkan dan membukukan al Qur`an. Akan tetapi, Abu Bakar menolak usulan tersebut, dengan alasan Rasulullah SAW tidak pernah memerintahkan hal tersebut. Namun Umar membujuknya, sehingga Allah SWT membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan tersebut.

Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan dan membukukan al-Qur`an mengingat kedudukannya dalam masalah qira`at, hafalan, penulisan, pamahaman dan kecerdasannya serta kehadirannya pada pembacaan al Qur`an yang terakhir di hadapan Nabi.

Pada mulanya Zaid bin Tsabit menolaknya, kemudian keduanya bertukar pendapat sampai akhirnya Zaid bin Tsabit dapat menerima dengan lapang dada perintah penulisan al- Qur`an tersebut. Zaid bin Tsabit memenuhi tugasnya dengan bersandar pada hafalan para qurra` dan catatan yang ada pada para penulis. Kemudian lembaran-lambaran itu disimpan Abu Bakar, sestelah ia wafat pada tahun 13 H berpindah kepada tangan Umar hingga wafat. Kemudian mushaf itu pindah ke tangan Hafshah ( puteri Umar ), Zaid bin Tsabit bertindak sangat teliti dan hati-hati.

Para ulama berpendapat bahwa penamaan al Qur`an dengan mushaf baru muncul sejak Abu Bakar mengumpulkan al Qur`an. Kata Ali, “ orang yang paling besar pahalanya berkenaan dengan mushaf ialah Abu Bakar “. Jam`ul Qur`an ( pengumpulan al Qur`an ) pada masa Abu Bakar dinamakan jam`u al Qur`an ats-tsani ( pengumpulan al Qur`an kedua ).

Tentang pengumpulan al Qur`an pada masa Abu Bakar, terdapat dua pandangan yaitu versi mayoritas dan versi minoritas.

1. Versi mayoritas

  • Dalam versi mayoritas, Umar sebagai penggagas intelektual pengumpulan pertama al- Qur`an, saedangkan Abu Bakar orang yang memerintahkan pengumpulan dalam kapasitasnya sebagai penguasa dan menunjuk pelaksana teknis, serta menerima hasil pekerjaan berupa mushaf al Qur`an.

  • Dalam versi mayoritas, alasan penunjukkan Zaid sebagai pelaksana teknis pengumpulan al Qur`an terlihat sangat transparan, dan terdapat kesepakatan tentangnya dalam keseluruhan riwayat. Usia muda, inteligensia tinggi, dan pekerjaan di masa Nabi sebagai penulis wahyu, merupakan kriteria yang dipegang Abu Bakar dalam penunjukkan Zaid sebagai pengumpul al Qur`an.

2. Versi minoritas

  • Versi minoritas yang membias tidak memiliki kesatuan pandang tentang pribadi-pribadi yang bergulat dan terkait secara langsung atau tidak langsung dengan pengumpulan pertama al Qur`an. Riwayat terpencil mengemukakan Ali bin Abi Thalib dan Salim bin Ma`qil sebagai pengumpul pertama al Qur`an.

  • Dalam versi minoritas terdapat riwayat al Zuhri yang mengungkapkan bahwa, ketika banyak kaum Muslimin yang terbunuh dalam pertempuran Yamamah, Abu Bakarlah yang justeru mencemaskan akan musnahnya sejumlah besar qurra`.

  • Dalam versi minoritas lainnya bahkan memangkas peran khalifah pertama dan meletakkan keseluruhan upaya pengumpulan al Qur`an di atas pundak khalifah kedua. Dalam riwayat ini dikisahkan bahwa suatu ketika Umar bertanya tentang suatu bagian al Qur`an dan dikatakan bahwa bagian tersebut berada pada seseorang yang tewas dalam pertempuran Yamamah. Ia mengekspresikan rasa kehilangan dengan mengucapkan inna li-llahi wa inna ilayhi raji`un, lalu ia memerintahkan untuk mengumpulkan al Qur`an, sehingga ia adalah orang pertama yang mengumpulkan al Qur`an ke dalam mushaf. Secara implisit, di sini disebutkan bahwa baik proses awal maupun proses akhir pengumpulan al Qur`an berlangsung pada masa pemerintahan Umar bin Khattab.

  • Riwayat lain mengungkapkan bahwa pekerjaan pengumpulan al Qur`an tidak terselesaikan dengan terbunuhnya khalifah Umar : Umar bin Khattab memutuskan untuk mengumpulkan al Qur`an. Ia berdiri ditengah manusia dan berkata: “ Barang siapa yang menerima bagian al Qur`an apapun langsung dari Rasulullah, bawalah kepada kami “. Mereka telah menulis dari apa yang mereka dengar dari Rasulullah di atas lembaran-lembaran, luh-luh dan pelepah-pelepah kurma. Umar tidak menerima sesuatupun dari seseorang hingga dua orang menyaksikan ( kebenarannya ) tetapi ia terbunuh ketika tengah melakukan pengumpulan al Qur`an. Utsman bin Affan melanjutkannya dan berkata : “ barang siapa yang memiliki sesuatu dari Kitab Allah bawalah kepada kami...”.

  • Suatu riwayat minoritas mengungkapkan keterlibatan Ubay dalam pengumpulan al Qur`an pada masa Abu Bakar. Ketika al Qur`an dikumpulkan ke dalam mushaf pada masa khalifah Abu Bakar beberapa orang menyalin didikte oleh Ubay. Ketika mencapai 9:127, beberapa diantaranya memandang bahwa itu merupakan bagian al Qur`an yang terakhir kali diwahyukan. Tetapi, Ubay menunjukkan bahwa Nabi telah mengajarkannya 2 ayat lagi ( 9:128-129 ) yang merupakan bagian terakhir dari wahyu. Versi lain dari riwayat ini mengungkapkan bahwa al Qur`an itu dikimpulkan dari mushaf Ubay.

  • Riwayat lain yang cukup fantastik yang disitir oleh Ya`qubi diunbgkapkan bahwa Abu- Bakar menolak pengumpulan al Qur`an lantaran Nabi tidak pernah melakukannya.

  • Versi minoritas lainnya berupaya mendamaikan kesimpang siuran antara versi mayoritas pengumpulan Zaid dan versi minoritas tentang pengumpulan pertama al- Qur`an yang dilakukan khalifah Umar.Dalam laporan diungkapkan bahwa Zaid atas perintah Abu Bakar menuliskan wahyu al Qur`an di atas lembaran kulit dan pelepah kurma. Setelah wafatnya Abu Bakar, pada masa khalifah Umar ia menyalin teks wahyu itu ke dalam lembaran-lembaran yang disatukan ( fi sahifah wahidah ).

Dengan bentuk laporan tersebut kedua versi tentang pengumpulan pertama al Qur`an tidak lagi bertabrakan.

2. Peran Khulafaur Rasyidin dalam Pembukuan al Qur`an

1. Khalifah Abu Bakar al Shiddiq

Abu Bakar al Shiddiq merupakan orang pertama yang mengumpulkan al Qur`an atas

pertimbangan ususlan dari Umar bin Khattab pada masa Khulafaur Rasyidin. Dengan menunjuk Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan dan membukukan al Qur`an.

2. Khalifah Umar bin Khattab

Umar bin Khattab berperan sebagai penggagas intelektual pengumpulan pertama al- Qur`an pada masa khalifah Abu Bakar. Umar khawatir akan musnahnya al Qur`an karena perang Yamamah telah banyak menggugurkan para qarri`.

3. Khalifah Utsman bin Affan

Utsman bin Affan menyalin lembaran-lembaran ke dalam mushaf-mushaf dengan menertibkan atau menyusun suratnya dan membatasinya hanya dengan bahasa Quraisy. Ia juga menghilangkan perselisihan / perpecahan di kalangan kaum Muslimin yang disebabkan adanya perbedaan qiraat al Qur`an di antara mereka.Khalifah Utsman juga berhasil menyusun Mushaf Utsmani.

3. Khalifah Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib merupakan pengumpul pertama al Qur`an pada masa Nabi berdasarkan perintah Nabi sendiri. Ia menunjuk kesepakatan atau ijma` akan kemutawatiran al-Qur`an yang tertulis dalam mushaf.

B. RASM AL QUR`AN

1. Definisi Rasm al Qur`an dan Rasm Utsmani

Rasm al Qur`an adalah tulisan al Qur`an, baik dalam hal penulisan lafaz maupun penulisan bentuk huruf.

Rasm Utsmani adalah penulisan mushaf Utsmani atau metode penulisan al Qur`an yang disusun oleh Utsman.

2. Pendapat Ulama tentang Rasm Utsmani

a. Ada yang berpendapat bahwa rasm Utsmani untuk al Qur`an bersifat tauqifi yang wajib digunakan dalam penulisan al Qur`an, dan harus sungguh-sungguh disucikan. Mereka menisbatkan tauqifi dalam penulisan al Qur`an kepada Nabi. Mereka menyebutkan, Nabi pernah mengatakan kepada Muawiyah, salah seorang penulis wahyu, “ Goreskan tinta, tegakkan huruf ya, bedakan sin, jangan kamu miringkan mim, baguskan tuliskan lafal Allah, panjangkan Ar Rahman, baguskan Ar Rahim, dan letakkanlah penamu pada telinga kirimu, karena yang demikian akan lebih dapat mengingatkan kamu “. Ibnu Mubarok dari Syaikh Abdul Aziz ad Dabbagh, bahwa dia berkata kepadanya, “ Para sahabat dan orang lain tidak campur tangan seujung rambut pun dalam penulisan al Qur`an karena penulisan al Qur`an adalah tauqifi, ketentuan dari Nabi. Dialah yang memerintahkan kepada mereka untuk menuliskannya dalam bentuk seperti yang dikenal sekarang, dengan menambahkan alif atau menguranginya karena ada rahasia-rahasia yang tidak terjangkau oleh akal. Ituah sebab satu rahasia Allah yang diberikan kepada kitab-Nya yang mulia, yang tidak Dia berikan kepada kitab-kitab samawi lainnya. Sebagaimana susunan al Qur`an adalah mukjizat, maka penulisannya pun mukjizat. Bagi mereka rasm Utsmani menjadi petunjuk terhadap beberapa makna yang tersembunyi dan halus, sepereti penambahan “ya” dalam penulisan kata “aydin” yang terdapat dalam firmanNya, “Dan langit itu Kami bangun dengan tangan Kami “. (Adz Dzariyat: 47). Penulisan ini merupakan isyarat bagi kehebatan kekuatan Allah yang dengannya Dia membangun langit, dan bahwa kekuatanNya itu tidak dapat disamai, ditandingi oleh kekuatan yang manapun ini berdasarkan kaidah yang masyhur, “ penambahan huruf dalam bentuk kalimat menunjukkan penambahan makna “. Pendapat ini sama sekali tidak bersumber bahwa rasm itu bersifat tauqifi. Tetapi sebenarnya para penulislah yang mempergunakan istilah dan cara tersebut pada masa Utsman atas izinnya, dan bahkan Utsman telah memberikan pedoman kepada mereka dengan perkatannya kepada tiga orang Quraisy, “ Jika kalian (bertiga) berselisih pendapat dengan Zaid bin Tsabit mengenai penulisan sebuah lafal al Qur`an maka tulislah menurut logat Quraisy, karena ia diturunkan dalam logat mereka”.ketika mereka berselisih pendapat dalam penulisan tabut, Zaid bin Tsabit mengatakan tabuh, tetapi beberapa kalangan dari golongan Quraisy mengatakan tabut. Utsman mengatakan, “tulislah tabut, karena al Qur`an diturunkan dalam bahasa Quraisy”.

b. Menurut kebanyakan ulama, rasm Utsmani itu bukanlah tauqifi dari Nabi melainkan istilah yang disetujui oleh Utsman dan diterima oleh umat, sehingga menjadi suatu keharusan yang wajib menjadi pegangan dan tidak boleh dilanggar.

c. Sebagian ulama lain berpendapat, rasm Utsmani hanyalah sebuah istilah, metode dan tidaklah mengapa berbeda dengannya jika orang te;lah menggunakan satu model rasm tertentu untuk penulisan, kemudian rasm itu tersiar luas di antara mereka.

Abu Bakar al Baqilani menyebutkan dalam kitabnya Al Intishar, “ tak ada yang diwajibkan oleh Allah dalam hal penulisan mushaf. Diperbolehkan menulis al Qur`an dengan tulisan dan ejaan jaman kuno, dengan tulisan dan ejaan baru serta dengan tulisan dan ejaan pertengahan.

Al Baihaqi dalam Syu`ab Al Imam mengatakan, “ Barang siapa menulis mushaf, hendaknya ia memperhatikan bentuk rasm huruf-hurufnya yang mereka pakai dalam penulisan mushaf-mushaf dahulu janganlah menyalahi mereka dalam hal itu dan janganlah pula mengubah apa yang mereka tulis sedikitpun. Ilmu mereka lebih banyak, lebih jujur hati dan lisannya, serta lebih dapat dipercaya dari pada kita. Maka bagi kita tidak pantas menyangka bahwa diri kita lebih tahu dari mereka ”.

C. I`JAZUL QUR`AN

1. Tulisan Abdul Djalal HA

a. Definisi I`jazul Qur`an

I`jazul Qur`an berasal dari kata i`jaz dan Qur`an. Menurut bahasa kata i`jaz adalah mashdar dari kata a`jaza yang berarti melemahkan. Kata a`jaza termasuk fi`il ruba`i mazid yang berasal dari fi`il tsulatsi mujarrad ajaza yang berarti lemah, lawan dari qodara yang berarti kuat / mampu.

I`jazul Qur`an ialah melemahkannya al Qur`an. Suatu kata makjud yang terdiri dari dua kata yang di mudhafkan. Yaitu dimudhafkannya kata mashdar i`jaz kepada pelakunya yaitu al Qur`an yang berarti melemahkannya al Qur`an. Sedangkan ma`ulnya ( siapa objek yang dilemahkan ) dibuang atau tersimpan. Jadi, i`jazul Qur`an bila didatangkan artinya dilemahkan kitab al Qur`an kepada manusia untuk mendatangkan apa yang telah ditantangkan kepada mereka, yaitu membuat kitab seperti al Qur`an ini. Sebab kitab al- Qur`an telah menantang pujangga-pujangga Arab untuk membuat kitab seperti al- Qur`an tetapi dari dulu sampai sekarang tidak ada yang mampu membuat tandingan itu. Tantangn al Qur`an itu berupa menandingi seluruh isi al Qur`an dikurangi hanya 10 surat saja sampai terakhir hanya membuat 1 surat saja, tetapi tidak ada yang mampu menandinginya. Oleh karena itu, al Qur`an betul-betul i`jaz atau melemahkan manusia seluruhnya tak ada seorangpun yang mampu menandingi tantangannya.

Mukjizat menurut bahasa ialah sesuatu hal yang luar biasa, ajaib, atau menakjubkan. Menurut istilah mukjizat ialah sesuatu yang luar biasa yang melemahkan manusia baik sendiri maupun kolektif untuk mendatangkan sesuatu yang menyerupai atau menyamainya yang hanya diberikan kepada Nabi atau Rasul Allah.

b. Aspek-aspek kemukjizatan al Qur`an

        1. Syeikh Abu Bakar Al Baqilani dalam kitab I`jazil Qur`an. Al Qur`an memiliki 3 segi kemukjizatan :

a. Di dalam al Qur`an itu ada cerita mengenai hal-hal yang ghaib.

b. Di dalam al Qur`an itu ada cerita umat dahulu beserta para Nabinya, padahal Rasulullah SAW adalah seorang ummi.

c. Di dalam al Qur`an terdapat susunan indah yang terdiri dari 10 segi : ijaz, tasybih, isti`arah, talaum, jawashil, tajamus, tasyrif, tadhmin, mubalaghah, dan khusnul bayan.

        1. Al Qadhi Iyad Al Basty dalam buku Asy Syifa`u bi Ta`rifi Huquqil Mushthafa mengatakan : segi-segi kemukjizatan al Qur`an ada 4 hal :

a. Susunannya yang indah

b. Uslubnya yang lain dari pada yang lain.

c. Adanya berita-berita ghaib yang belum terjadi, tetapi lalu betul-betul terjadi.

d. Adanya berita-berita ghaib masa lalu dan syariat-syariat dahulu yang jelas dan benar.

        1. Imam al Qurthuby dalam tafsirAl jami`u Ahkamil Qur`an mengatakan segi-segi kemukjizatan al Qur`an ada 10 hal :

a. Susunannya yang indah, yang lain dari yang lain.

b. Uslubnya berbeda dengan seluruh uslub bahasa Arab.

c. Kefasihan ungkapannya yang tidak dapat diimbangi.

d. Pengaturan bahasa yang utuh-bulat.

e. Adanya berita mengenai pertama kali kejadian-kejadian dunia yang belum terdengar.

f. Ditepatinya hal-hal yang telah dijanjikan lalu betul-betul terjadi.

g. Adanya berita yang belum terjadi lalu betul-betul terjadi.

h. Isi aturan halal-haram.

i. Hikmah-hikmah tinggi yang tidak biasa terjadi.

j. Persesuaian semua kandungannya.

        1. Syeikh Abdul Adhim Az Zarqany, segi-segi kemukjizatan sedikitnya ada 7 :

a. Keindahan bahasa dan uslub al Qur`an.

b. Cara penyusunan bahasanya tampak baik, tertib, dan berkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga tidak kelihatan adanya perbedaan antara surat satu dengan yang lain meski al Qur`an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun lebih.

c. Berisi beberapa ilmu pengetahuan, yang banyak memberi acuan makhluk kepada kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

d. Kitab al Qur`an bisa memenuhi segala kebutuhan manusia baik yang berupa petunjuk dalam berbagai segi kehiduan ataupun tuntunan dalam peribadatan, maupun yang berbentk benih-benih dalam beraneka disiplin ilmu pengetahuan di sepanjang zaman.

e. Cara-cara mengadakan perbaikkan dan kemaslahatan bagi umat manusia

1) Cara turunnya al Qur`an berangsur-angsur berbeda dengan kitab lain yang turun sekaligus.

2) Cara al Qur`an melarang suatu barang atau perbuatan.

3) Cara pembagian al Qur`an yang terbagi dalam juz surat dan ayat.

4) Cara al Qur`an menanamkan perintah / pesan / petunjuk lewat ungkapan ( uslub ) yang indah.

5) Cara al Qur`an menumbuhkan kesadaran terhadap kebajikan, keutamaan dan keluhuran budi.

6) Cara al Qur`an menyadarkan umat melalui akal pikiran, penalaran, dalil aqli, dan bukti yang rasional.

7) Cara al Qur`an memberi tuntunan terhadap jiwa dan raga manusia secara bersama.

8) Cara al Qur`an mengatur urusan dunia dan akhirat.

10) Cara al Qur`an menentukan aturan hukum dengan menberikan dispensasi (rukhshah).

f. Adanya berita-berita ghaib dalam al Qur`an yang menunjukkan bahwa al Qur`an benar-benar wahyu Allah SWT.

g. Adanya ayat `itab ( teguran ) yang menegur kekekliruan pendapat Nabi Muhammad SAW.

2. Tulisan Quraish Shihab

a. Definisi I`jazul Qur`an

I`jaz secara bahasa berarti keluputan. Dikatakan A`jazani al Amru artinya perkara itu luput dariku. Juga berarti “membuat tidak mampu”. Seperti dalam contoh a`jaza akhuhu ( dia telah membuat saudaranya tidak mampu ) manakala dia telah menetapkan ketidak mampuan saudaranya dalam suatu hal. Berarti juga “ Dia telah menjadikan saudaranya itu tidak mampu “. Juga berarti “ terwujudnya ketidakmampuan” seperti dalam contoh a`jazu zaza`an ( aku mendapat Zaid tidak mampu ).

Menurut istilah i`jazul berarti sesuatu yang membuat manusia tidak mampu baik secara sendiri maupun bersama untuk mendatangkan yang seperti itu. Perbuatan seseorang mengklaim bahwa ia menjalankan fungsi ilahiah dengan cara yang melanggar ketentuan hukum alam dan m,embuat orang lain tidak mampu melakukan dan bersaksi akan kebenaran klaimnya.

b. Aspek-Aspek Kemukjizatan al Qur`an

1. Segi personal, maksudnya manusia yang kepadanya al Qur`an ditunjukkan mencakup umat manusia seluruhnya tanpa membeda-bedakan lapisan, agama, jenis kelamin, bahasa dan sebagainya. Firman Allah SWT “ Katakanlah : hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua…” ( QS al A`raf:158 ) dan “ Dan tiadalah kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” ( QS al- Anbiya: 107 ).

2. Segi waktu, maksudnya adalah tentang masa untuk melaksanakan pesan yang dibawanya mencakup segala masa sejak Nabi SAW diangkat menjadi Nabi hingga hari kiamat. Firman Allah SWT “dan al Qur`an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang al Qur`an sampai kepadanya” ( QS al An`am: 19 ).

3. Segi tempat, maksudnya adalah wilayah kawasan dimana kewenangan al Qur`an berlaku.Al Qur`an mencakup semua manusia mukallaf ( yang dibebani kewajiban ) baik di daratan, di lautan, maupun di angkasa. Firman Allah SWT : “ Dan Kami tidak mangutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagi pemberi peringatan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “ ( QS al Saba:28 ).

4. Segi materi, yaitu segi-segi kehidupan manusia yang diaturnya. Al Qur`an datang sebagai penjelas segala sesuatu. Firman Allah dalam QS al An`am : 38 .”Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya,melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”.





PEMBINAAN KEPRIBADIAN GURU OLEH ATASAN

29 12 2008

Upaya Pembinaan Terhadap Kepribadian Guru

Melalui Penilaian dan Pembinaan oleh Atasan

I. Kepala Sekolah

Unit sumber daya manusia ini bertanggung jawab untuk mengidentifiksi individu-individu yang berkualitas secara profesional yang memiliki nialai atau unsur-unsur: sikap dan kecakapan yang mengisyartkan untuk mengembangkan dan tercapainya tujuan organisasi/sekolah, sejalan dengan harapan (ekspektasi) dari para individu yang merupakan motivasi mengapa mereka mengabdikan diri untuk kepentingan organisasi/sekolah.

Ada lima tahap peranan kunci kepala sekolah yaitu:

  1. Identifikasi staf

Merupakan tahap pengenalan terhadap kualitas yang dimiliki oleh para calon staf apakah derajat kepribadian, keinginan atau harapan, motivasi serta keahlian yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan atau pekerjaan/kedudukan yang akan diberikan kepada mereka. Identifikasi dibedakan menjadi dua yaitu:

  1. Rekruitmen, merupakan proses identifikasi calon-calon staf yang secara potensial akan diterima.

  2. Seleksi, merupakan proses pemilihan calon-calon yang tingkat kualitasnya, seperti: kepribadian, kebutuhan atau harapan, motivasi serta kecakapan / keahlian memang betul-betul telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan pekerjaan/jabatan khusus yang ditugaskan.

  1. Penempatan

Tujuan pokok penemptn dalah mencari kepastian secara maksimal, yaitu kesesuaian antara jabatan/tugas yang harus diisi dengan karakteristik pribadi para individu (guru yang baru).

Penempatan guru meliputi: penempatan guru baru, penempatan kembali guru, dan penempatan guru yang berbeda-beda. Guru baru harus menerima tugas secara adil sehingga keberhasilan tugas mengajar tidak dalam keadaan yang membahayakan (jeopardized). Penempatan kembali para guru terjadi untuk mengoreksi kesalahan penempatan dan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari para guru.

  1. Penyesuaian Diri (Staff Orientation)

Merupakan proses secara terus menerus yng memuli dengan wawancara, rekruitmen dn berkhir dengan asosiasi profesional pegawai dengan sekolah.

Tujuan utama penyesuaian/orientasi adalah untuk membantu seorang pegawai baru memahami dan berdaptasi pada harapan, peran dan mengembangkan satu perasaan ikut memiliki dan mengenali sekolah serta masyarakat.

  1. Evaluasi Para Guru

Evaluasi mencakup penilaian terhadap tingkat penampilan dari masing-masing anggota dewan guru dalam mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan prosesnya, evaluasi meliputi:

  1. Waktu evaluasi (when evaluate)

Evaluasi guru dimulai sejak awal guru yang bersangkutan melaksanakan tugas mengajar sampai guru yang bersangkutan berhenti tidak mengajar.

  1. Mengapa evaluasi perlu diadakan (why evaluated)

Ada beberapa alasan pokok mengapa guru-guru perlu dievaluasi, meliputi:

    • Menyesuaikan hasil yang diinginkan dan sasaran .

    • Memodifikasi prosedur

    • Menentukan cara-cara yang baru dalam melaksanakan prosedur.

    • Memperbaiki penampilan individu.

    • Mendukung informasi demi modifikasi penempatan.

    • Melindungi individu-individu atau persekolahan.

    • Memberikan penghargaan yang penampilannya superior.

    • Memberikan basik/landasan perencanaan karir dan pertumbuhan setra pengembangan pribadi.

    • Memvalidasi proses seleksi.

    • Memberikan fasilitas pribadi

  1. Apa yang dievaluasi (what to evlute)

Pokok-pokok sasaran penilaian (items) yang biasanya tercantum dalam instrumen penilaian meliputi:

  • Metodologi mengajar (teaching metodology)

  • Pengelolaan kelas (classroom mangement)

  • Pengetahuan isi/kadar muatan (knowledge of content)

  • Hubungan antar pribadi (interpersonal relation)

  • Tingkat pertumbuhan profesional (eatent of profesional growth)

  1. Bagaimana evaluasi dilaksanakan (how to evaluate)

Evaluate dilakkukan dengan beberapa cara yaitu:

  • Penggunaan instrumen dan proses

  • Dengan skala prioritas dan check list.

  • Metode pernyataan yang bersifat cerita.

  • Hallo-effeck

  1. Perbaikkan Guru dan Program Pendidikan

Inti perbaikkan guru adalah:

  • Kunjungan kelas (mempersiapkan staf pengajar, pertemuan sebelum mengajar, kunjungan observasi, pertemuan setelah kunjungan

  • Obeservasi

  • Pertemuan individual

  • Kunjungan sekolah

  • Keanggotaan dalam asosiasi profesi

  • Perpustakaan profesional

  • Supervisi guru bantu

  • Program pelatihan inservice

( Wahjo Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. hlm.276-287)

II. Supervisor

Supervisor adalah orang yang menjalankan supervisi. Supervisi adalah aktifitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan. Sehubungan dengan itu, maka kepala sekolah aebgai supervisor berarti bahwa kepala sekolah hendaknya pandai meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tuyjuan pendidikan tercapai secara maksimal.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor, kepala sekolah perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

  1. Supervisi harus bersifat konstruktif dan kreatif sehingga menimbulkan dorongan untuk bekerja.

  2. Realistis dan mudah dilaksanakan.

  3. Menimbulkan rasa aman bagi guru/karyawan.

  4. Berdasarkan hubungan profesional.

  5. Harus mempertimbangkan kesanggupan dan sikap guru/pegawai.

  6. Tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat menimbulkan kegelisahan bahkan sikap antipati dari guru.

  7. Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan, pangkat, kedudukan dari keuasaan pribadi.

  8. Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan kekurangan (supervisi berbeda dengan inspeksi).

  9. Supervisi tidak terlalu cepat mengharap hasil

  10. Supervisi hendaknya bersifat prefektif, korektif, dan kooperatif

Sebagai implikasi tugas supervisor, beberapa hal yang perlu dilakukan kepala sekolah sebagai pemimpin yaitu:

  1. Mengetahui keadaan/kondisi guru dalam latar belakang kehidupan lingkungan dan sosial ekonominya, hal ini penting untuk tindakan kepemimpinannya.

  2. Merangsang semangat kerja guru.

  3. Mengusahakan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk mengembangkan kemacmpuan guru.

  4. Meningkatkan partisipasi guru dalam kehidupan sekolah.

  5. Membina rasa kekeluargaan di lingkungan sekolah antara kepala sekolah, guru, pegawai.

  6. Mempercepat hubungan sekolah dengan masyarakat.

(Suryobroto, Menejemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. hlm. 187-188)

Supervisi merupakan kegiatan kooperatif dengan mengikutsetakan orang yang disupervisi, agar menyadari kekurangan dan kelemahan diri sendiri untuk kemudian berusaha memperbaikinya, baik dengan bantuan atau tanpa bantuan orang lain. Guna mengapai tujuan itu, supervisi pendidikan dapat dilakuikan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Orientasi dan Penyesuaian Guru-guru pada Situasi Baru.

Orientasi pada saat permulaan bekerja dalam menghadapi situasi baru dengan petunjuk pimpinan atau orang yang ditugaskan (supervisor) akan menimbulkan rasa senang karena merasa m,endapat pengakuan sebagai bagian/anggota dalam suatu lingkungan/organisasi yang masih asing. Dengan demikian akan timbul dan terbina kemampuan bekerja secara maksimal. Orientasi dan penyesuaian itu antara lain:

  1. Orientasi personal, berupa perkenalan dan ramah tamah dengan menjelasksn tugas dari tingkat yang terendah sampai yang tertinggi di dalam dan di luar organisasi/lembaga.

  2. Orientasi terhadap program, berupa usaha menjelaskan rencana-rencana dan kegiatan yang telah sedang dan akan dilakukan di lingkungan organisasi.

  3. Orientasi terhadap fasilitas, berupa penjelsan tentang fasilitas yang dapat dipergunakan dalam meningkatrkan efisiensi tugas guru baru tersebut.

  4. Orientasi lingkungan berupa kegiatan memperkenalkan situasi dan kondisi sekolah.

2. Rapat Dewan Guru dan Diskusi Staf Guru

Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan guru, karena guru dapat mengemukakan pendapat/saran.

3. Kunjungan Kelas dan Kunjungan Sekolah

Melalui kegiatan ini diharapkan para guru memperoleh pengalaman baru guna meningkatkan kecakapannya dalam menjalankan tugas. Kunjungan kelas/sekolah berarti kunjungan supervisor/kepala sekolah kepada guru-guru yang disupervisi.

4. Pertemuan Individual dan Pertemuan Kelompok

Dalam hal ini seorang supervisor harus menempatkan dirinya sebagai penasehat yang bertugas menunjukan jalan atau cara-cara penyelesaian suatu masalah yang dihadapi oleh guru.

5. In-Service Training

Merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam bidang tertentu sesuai dengan tugasnya, agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam melakukan tugas-tugas tersebut.

Agar kegiatan supervisi pendidikan berjalan dengan lancar, seorang supervisor dapat menggunakan berbagai alat bantu, antara lain:

  1. Perpustakaan profesional dan perpustakaan sekolah.

Dengan perpustakaan tersebut, setiap guru dapat menambah pengetahuan dan keterampilan. Supervisor harus mendorong agar di lingkungan lembaga pendidikan/sekolah diselenggarakan perpusakaan dengan koleksi buku-buku yang up to date.

  1. Buku kurikulum/rencana pelajaran dan buku pegangan guru.

Berdasarkan kurikulum seorang guru harus dilengkapi dengan sejumlah buku pegangan agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik..

  1. Buletin pendidikan dan buletin sekolah.

Seorang supervisor harus berusaha agar seorang guru yang disupervisi mendapat kesempatan membaca guna mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya.

  1. Penasehat ahl dan resource person

Staf ahli dapat memberikan bantuan dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh guru. Jika tidak tersedia staf ahli, maka supervisor dapat meminta bantuan kepada siapapun di luar lembaga pendidikan (resource person).

(Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV. Haji Mas Agung. 1994. hlm. 105-115)





MENDIDIK ALA RASULULLAH

27 12 2008

CONTOH PRILAKU RASULULLAH YANG SEHARUSNYA KITA TERAPKAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN :

Rasulullah tidak pernah menghardik anak-anak Sejak kecil, Anas ra menjadi khadimat/pembantu Rasulullah SAW. Hadits ini menggambarkan indahnya akhlak Rasulullah SAW terhadap seorang anak-anak yang bernama Anas ra
Dari Anas r.a., “Aku telah melayani Rasulullah SAW selama 10 tahun. Demi Allah beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata hardikan kepadaku, tidak pernah menanyakan : ‘Mengapa engkau lakukan?’ dan pula tidak pernah mengatakan: ‘Mengapa tidak engkau lakukan?’”

(Hadits Riwayat Bukhari, Kitabul Adab 5578, Muslim, Kitabul Fadhail 4269, dan selain keduanya)





PENDIDIKAN GRATIS

27 12 2008

PENDIDIKAN GRATIS DI INDONESIA?

SUDAH lebih dari 26 tahun, tepatnya sejak tahun 1984, pemerintah mendengungkan kampanye wajib belajar. Melihat pengalaman negara industri baru (new emerging industrialized countries) di Asia Timur, disadari pembangunan suatu bangsa memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai untuk mendukung pembangunan.

TERLEBIH lagi, pembangunan masyarakat demokratis mensyaratkan manusia Indonesia yang cerdas. Selain itu, era global abad ke-21, yang antara lain ditandai oleh lahirnya knowledge base society atau masyarakat berbasis pengetahuan, menuntut penguasaan terhadap ilmu pengetahuan.

Hanya saja, meskipun sudah jauh-jauh hari mengampanyekan wajib belajar-mulai dari wajib belajar enam tahun hingga sembilan tahun-masih belum jelas apakah Indonesia melaksanakan wajib belajar (compulsory education) atau universal education yang berarti pendidikan dapat dinikmati oleh semua anak di semua tempat. Dua konsep tersebut berbeda dan hal ini jelas tertuang dalam keputusan internasional, yakni Declaration on Education for All di Jomtien, Thailand, tahun 1990, yang menegaskan compulsory education bukan universal education.

Wajib belajar terutama berimplikasi terhadap pembebasan biaya pendidikan sebagai bentuk tanggung jawab negara. Di berbagai negara yang mewajibkan warganya menempuh pendidikan dasar sembilan tahun, semua rintangan yang menghalangi anak menempuh pendidikan bermutu dihilangkan. Termasuk dalam hal pendanaan pendidikan.

Di China pemerintah menggratiskan pendidikan dasar dan memberikan subsidi bagi siswa yang keluarganya mempunyai masalah ekonomi. Pengalaman negara lain pun hampir serupa. Di India wajib belajar berimplikasi juga pada pembebasan biaya pendidikan dasar. Bahkan, di negara yang baru keluar dari konflik dan kemiskinan masih mencengkeram seperti Kamboja, pendidikan dasar digratiskan dan disertai dengan upaya peningkatan mutu, khususnya dari segi tenaga pendidik.

Selain itu, dibutuhkan kekuatan hukum mengikat untuk mengimplementasikan wajib belajar. China, misalnya, membagi hukum wajib belajar sembilan tahun menjadi tiga kategori: perkotaan dan daerah maju, pedesaan, dan daerah miskin perkotaan. Target pencapaiannya berbeda-beda. Sebagai bentuk komitmen terhadap wajib belajar dikeluarkan pula pernyataan pada Januari 1986, yang menyatakan ilegal mempekerjakan anak sebelum selesai wajib belajar sembilan tahun.

Negara super power seperti Amerika Serikat dalam masa perang dingin, sekitar tahun 1981, sempat khawatir dengan ketertinggalan pendidikannya sehingga muncullah laporan A Nation at Risk. Laporan tersebut mengatakan bahwa yang menyebabkan ketertinggalan Amerika dalam persaingan global antara lain karena buruknya pendidikan.

Dua puluh tahun kemudian, tepatnya tahun 2003, pandangan yang muncul pada tahun 1983 itu perlu dievaluasi. Apakah benar bahwa saat itu AS dalam bahaya dan berisiko? Dengan kemenangan AS dalam perang dingin memang tidak semua laporan itu benar.

Namun, pandangan tersebut juga menyajikan kenyataan pahit, yakni dengan status sebagai negara adidaya ternyata masih banyak anak di AS yang drop out dari sekolah. AS kemudian menganggap perlu peraturan dalam melaksanakan wajib belajar sehingga lahir undang-undang yang terkenal dengan sebutan “No Child Left Behind”. Dengan undang-undang ini, berbagai jenis pendidikan, mulai dari sekolah yang diadakan oleh keluarga di rumah hingga etnis minoritas, ditanggung negara.

Sebenarnya mewujudkan pendidikan gratis pada tingkat dasar di negara kita sangatlah mudah jika semua pihak yang mau peduli pada pendidikan. Semoga pendidikan di Indonesia benar-benar gratis pada tingkat dasar, sehingga seluruh anak Indonesia dapat menikmati pendidkan secara gratis dan dapat mewujudkan cita-cita mereka menjadi manusia yang berguna bagi keluarga mereka, agama, bangsa dan negara mereka yakni Indonesia tercinta.





TUGAS KULIAH

26 12 2008

ARTIKEL PENDIDIKAN

ARTIKEL 1 “SIFAT-SIFAT GURU YANG BAIK”

Seorang guru yang baik harus mempunyai sifat-sifat yang positif, antara lain: bertanggungjawab, disiplin, berwibawa, bijaksana, adil, inofative, kreatif, berdedikasi yang tinggi, tak kenal menyerah, berwawasan luas, mengayomi anak didik, motifator bagi lingkungannya, lapang dada, sabar, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, dan lain sebagainya.
Selain sikap/sifat positif tersebut di atas, sorang guru harus bisa menjadi tauladan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Di samping itu ilmu yang disampaikan kepada anak didiknya bermanfaat di dunia dan akherat. Amiiin.





Hello world!

8 12 2008

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!